Shipping activities in the Indonesian Archipelagic Sea Lane II (IASL II) of the Lombok Strait will likely to increase in the future and expose the areas maritime threats like sea damage and pollution. To preserve maritime security from any adverse effects caused by shipping activities, the Indonesian Government has designated these areas as Marine Protective Areas (MPAs). However, such areas still has to recognition as protected areas. The Indonesian Government has issued an internal policy demonstrating intent to establish the Lombok Strait as Particularly Sensitive Sea Areas (PSSA), which has been discussed since 2008 but has not yet officially submitted to the International Maritime Organization (IMO). This research aims to analyze the advantages and disadvantages of PSSA enactment in Lombok Strait. The research employs qualitative methods with Soft System Methodology as the data analysis technique in attempt to analyze PSSA enactment, which is characterized as a complex and ill-defined problem. NVivo 12 Plus software is employed in this research to assist in data processing and triangulation. The research results showed that Lombok Strait’s enactment as PSSA could provide several advantages, especially in preserving maritime safety and protection of the environment.

Marine debris pollution is one of biggest problem that occurs in coastal city in Indonesia without exception Jakarta. Those marine debris increase with the addition of the Jakarta population. The main source of marine debris came from 13 rivers that flow into Jakarta Bay. Estimated that around 487 tons/day plastic debris that mismanaged potentially flows into the rivers and ended into the Jakarta Bay. Tidal forcing and current mainly affect the hydrodynamic condition in Jakarta Bay that drive the marine debris spread out from river estuary. The marine debris movement follow the hydrodynamic pattern due to the nature of floating marine debris. The proposed Giant Sea Wall in Jakarta Bay also affected in hydrodynamic condition in Jakarta Bay. As a result, the movement pattern of the marine debris influenced due to complex hydrodynamic condition in Jakarta Bay.

Tinggi gelombang merupakan salah satu faktor keselamatan aktifitas pelayaran, Untuk itu dalam kajian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik gelombang dengan tujuan untuk mendukung keselamatan pelayaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan model gelombang milik BMKG yaitu model Inawave. Dalam penelitian ini menggunakan data periode 2011 – 2021. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, karakteristik gelombang pada bulan Desember - Februari, menunjukan bahwa gelombang tinggi mendominasi terjadi di wilayah Samudra Hindia, Samudra Pasifik, Laut Halmahera, Laut Maluku dan Laut Natuna dengan tinggi gelombang berkisar antara 1,25 sampai 2,50 meter. Untuk Bulan Maret sampai Mei menunjukkan karakteristik gelombang laut untuk wilayah Samudra Hindia berkisar antara 1,25 sampai 3,0 meter. Untuk bulan Juni sampai Agustus Karakteristik gelombang untuk wilayah Samudra Hindia berkisar antara 1,25 sampai 4 meter. Sedangkan Untuk Bulan September sampai November karakteristik gelombang yang mendominasi terjadi di wilayah Samudra Hindia berkisar antara 1,25 sampai 4,0 meter. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa gelombang tinggi mendominasi di wilayah Samudra Hindia untuk itu perlu kewaspadaan yang lebih tinggi terhadap aktifitas pelayaran diwilayah tersebut.

Perkembangan teknologi di bidang sistem informasi yang didukung oleh perkembangan teknologi jaringan membuat  sistem informasi geografis terus berkembang dengan menawarkan berbagai kemudahan yang dapat meningkatkan kinerja dari suatu organisasi yang memanfaatkannya. Aplikasi berbasis web dipilih dalam skripsi ini disebabkan karena adanya tingkat perawatan aplikasi yang lebih mudah bila dibandingkan dengan aplikasi berbasis desktop. Dalam penanganan data dalam aplikasi ini dibagi kedalam dua jenis data yaitu data yang mengandung informasi geografis (data spasial), dan data atribut.Dalam penanganan kedua jenis data ini terdapat perbedaan dalam hal pembuatan basisdata dan pengembangan aplikasi yang menggunakan basisdata tersebut. Dishidros sebagai lembaga yang mengelola data spatial dalam hal ini penyediaan peta laut, sangatlah tepat memilih teknologi ini untuk meningkatkan kinerja dari organisasi.Dengan teknologi ini, maka kecepatan distribusi data/informasi yang diperlukan untuk membuat produk dishidros dapat meningkat, begitu juga biaya operasional, keamanan data, dapat lebih baik dari pada sistem konvensional.

Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing masih banyak terjadi di Indonesia, terutama pada kawasan perbatasan. Perairan Indonesia memiliki sumber daya perikanan salah satunya diperairan kawasan perbatasan Indonesia – Filipina, berada pada Laut Sulawesi dan sebagian Samudera Pasifik. Peramalan IUU Fishing dengan data satelit VIIRS  masa lalu untuk mengetahui tingkat pencurian ikan pada satu tahun mendatang. Metode yang digunakan yaitu K-Means Clustering dan Time Series Forecasting  model ARIMA dengan instrumen pemograman Python. Hasil prediksi didapatkan RMSE bervariasi pada setiap klaster dengan nilai error relatif kecil. Prediksi untuk 12 bulan kedepan menunjukkan IUU Fishing akan ada setiap bulan dengan jumlah yang bervariasi pada setiap klaster.  IUU Fishing akan banyak terjadi pada klaster K6 pada setiap musim. Prediksi dapat dijadikan dasar untuk perencanaan patroli pengawasan yang terjadwal dengan memperhatikan lokasi dan waktu potensial adanya IUU Fishing.