Latar Belakang: Praktik keperawatan yang dilakukan dalam pelayanan hemodialisis harus sesuai dengan standar profesi maupun standar prosedur operasional dengan memperhatikan aspek keselamatan pasien. Preceptorship merupakan salah satu metode yang dipersiapkan untuk meningkatkan kemampuan praktik klinis keperawatan. Tren peningkatan insiden ketidaktepatan insersi vena dan arteri pada pasien hemodialisis mendorong peneliti untuk mencari solusi dengan metode preceptorship.
Tujuan: Untuk mendeskripsikan penerapan metode preceptorship yang sudah digunakan dalam kegiatan orientasi perawat baru pada Unit Hemodialisis di rumah sakit serta berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Metode: Metode penelitian menggunakan penelitian deskriptif berdasarkan hasil pengumpulan data primer dan sekunder. Berbagai faktor yang menjadi akar penyebab masalah dikelompokkan berdasarkan 5M, yaitu man, machine, method, material, dan money, kemudian dianalisis dengan menggunakan fishbone diagram dan 5 whys analysis. Akar penyebab masalah yang teridentifikasi diprioritaskan sesuai kriteria Urgency, Seriousness, dan Growth (USG) melalui Focus Group Discussion (FGD) yang diikuti oleh pejabat manajemen rumah sakit dan perawat Unit Hemodialisis sebagai subjek penelitian. Analisis data dilakukan secara deskriptif.
Hasil: Akar penyebab masalah terbesar dalam penerapan metode preceptorship di Unit Hemodialisis yaitu faktor sumber daya manusia berupa jam terbang dan jumlah yang kurang. Beberapa alternatif solusi yang dapat dilakukan antara lain perlu ditetapkan standardisasi dalam penerapan metode preceptorship terkait waktu pelaksanaan bimbingan, perlunya pelatihan komunikasi asertif dalam metode preceptorship untuk meningkatkan kepercayaan antara pasien dengan perawat, dibutuhkan penetapan target bagi perawat baru untuk melakukan tindakan keperawatan pada pasien hemodialisis, dan penyediaan fasilitas laboratorium untuk peningkatan keahlian perawat di bidang hemodialisis.
Kesimpulan: Terdapat beberapa kendala dalam penerapan metode preceptorship pada perawat baru di Unit Hemodialisis. Kendala berupa teknis pelaksanaan bimbingan, perbandingan jumlah preceptor dengan perawat baru, pemenuhan kualifikasi sebagai preceptor, dan standardisasi untuk mengevaluasi preceptor maupun peningkatan kompetensi perawat baru yang dihasilkan setelah menjalani masa orientasi. Perlu disusun modul yang dapat digunakan sebagai standardisasi panduan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan berbasis metode preceptorship pada Unit Hemodialisis di rumah sakit.