Latar Belakang: Rumah sakit sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) memiliki kewajiban membuat dan memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM). Permasalahan yang terjadi dalam sistem informasi pelaporan SPM GD diantaranya Pimpinan Tingkat Atas kesulitan mengakses dan mencari data, waktu lama utuk penyajian informasi, ketidaklengkapan informasi, kebutuhan data laporan SPM RS yang cukup heterogen dan rentan terjadinya kehilangan data dan informasi.Tujuan: mengembangkan pelaporan SPM GD berbasis WebMetode: Penelitian ini menggunakan action research, dengan pendekatan pengumpulan data kualitatif. Analisis data menggunakan analisis isi.Hasil: Hasil identifikasi kebutuhan menunjukkan RSUD Tipe B wilayah DIY membutuhkan sistem informasi pelaporan SPM GD berbasis web untuk membantu meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pelaporan yang cepat, tepat dan akurat. Hasil studi kelayakan menunjukkan pengguna sudah terbiasa menggunakan komputer, tersedia software, hardware untuk mendukung pengembangan sistem informasi berbasis web. Hasil perhitungan Return Of Invesment sebesar 98,3% > 0, maka feasible dengan keuntungan 98,3% dari invenstasi. Pengembangan sistem informasi menggunakan metodelogi prototype.Hasil uji prototype dengan metode Blackbock menunjukkan fungsi/reaksi sesuai yang dilakukan aktor, sistem bekerja dengan baik dan mampu memenuhi kebutuhan pengguna.Kesimpulan: Pengembangan pelaporan SPM GD berbasis web menggunakan tahapan metodelogi prototype telah diujikan di RSUD Tipe B wilayah DIY dan menunjukkan sistem mampu memenuhi kebutuhan pengguna.
Dalam upaya meningkatkan kinerja, RS Condong Catur berencana menerapkan aplikasi Sistem Manajemen Informasi Rumah Sakit (SIMRS) berbasis Rekam Medis Elektronik (RME). Melalui SIMRS berbasis RME ini diharapkan mampu menyajikan berbagai informasi yang dibutuhkan dengan cepat dan lengkap. Kesiapan penerapan rekam medis elektronik penting dilakukan supaya aplikasi dapat berjalan dengan optimal dan tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Metode Doctor’s Office Quality-Information Technology (DOQ-IT) merupakan salah satu metode untuk menganalisis tingkat kesiapan penerapan sistem informasi berbasis rekam medis elektronik. Metode ini sangat tepat digunakan untuk menganalisis kesiapan sebelum sebuah aplikasi berbasis elektronik dioperasikan. Metode DOQ-IT menekankan pada empat komponen utama dalam suatu sistem kerja organisasi yaitu sumberdaya manusia, kepemimpinan tata kelola, budaya organisasi dan infrastruktur. Penerapan rekam medis elektronik tidak dapat berjalan maksimal apabila dari ke empat komponen ini belum siap. Melalui metode ini diharapkan akan mengetahui masalah yang dihadapi sehinga dapat dicari solusi segera untuk menanganinya. Pengabdian kepada masyarakat dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan terkait pendampingan tatacara melakukan penilaian kesiapan penerapan RME mengunakan metode DOQ-IT kepada pimpinan dan staf RS Condong Catur. Kegiatan berjalan lancar. Pada awalnya Pimpinan dan staff RS Condong Catur belum mengetahui pentingnya penilaian kesiapan dalam proses penerapan RME. Setelah pendampingan penilaian menggunakan DOQ-IT melalui kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini diketahui bahwa skor kesiapan sebesar 69,38 yang berarti RS Condong Catur cukup siap menerapkan SIMRS berbasis rekam medis elektronik.
Hospitals as Regional Public Service Bodies (BLUDs) must make and submit documents as administrative requirements, one of which is the Minimum Service Standards (MSS). Therefore, the hospital is required to show its accountability by always meeting the MSS. The purpose of this study was to determine the Hospital Minimum Service Standard data management,. To describe the management of MSS data, the researchers used a descriptive type of research with a qualitative approach. They are collecting data in this study by observation and interviews with the Head of the Nursing and Quality Division and 21 quality coordinators in each unit of the Panembahan Senopati Bantul Hospital. Researchers maintain the validity of qualitative data by using triangulation techniques. The results of the study show that the regulations governing the implementation of the MSS RSUD Panembahan Senopati Bantul refer to (Bantul Regent Regulation Number 74 of 2017 concerning Guidelines for Financial Management of Regional Public Service Bodies (BLUD) at Panembahan Senopati Hospital Bantul, 2017). The flow of data collection for RSSMS went through a relatively long stage, involving 21 unit quality coordinators to be reported to the Quality Section and Clinical Audit. Furthermore, the Head of the Quality and Clinical Audit Section will present the SPM data for the unit into the RS SPM report. RS SPM data processing is still done conventionally using the Ms. program. Excel. MSS data is reported to the Top Management and then to the Regent of Bantul along with the hospital performance reports every semester and annually no later than two months after the reporting period ends. There are 32% (8 of 21 services) that reach the standard indicator. Utilization of hospital SPM data to fulfill statutory requirements, customer requirements, BLUD requirements, service quality measurements according to the SNARS PMKP chapter, and as a benchmark for hospital performance.
The accreditation standard for Medical Record Information Management (MIRM) 13 regulates the provision of medical records. The regulation aims to ensure the continuity of patient health documentation. This study describes the condition of medical records starting from numbering, ordering, and making and retrieving medical records to support patient care documentation according to hospital accreditation standards in the MIRM chapter 13. This type of research is descriptive with a retrospective approach. The results showed that Panembahan Senopati Hospital Bantul already has Medical Record Service Guidelines and Standard Operating Procedures regulations. The regulation provides medical records for numbering, ordering, and creating and retrieving medical records to support patient service documentation. Panembahan Senopati Hospital Bantul implements an automated unit numbering system with the support of an RS SIM. They set the medical order after the patient goes home, both outpatient and inpatient. Making and retrieving medical records is part of implementing the unit numbering system. New patients make medical records when served at the registration section, while medical records take from the filing section for old patients. If medical records were not ready at the return visit, the professional HIM used a follow-up outpatient medical record form and combined it after the medical records were prepared. The regulation and the medical supply system show that Panembahan Senopai Hospital, Bantul, has implemented the MIRM standard 13 ep 1-5. However, implementation constraints are still on the MIRM 13 ep 4.Keywords: provision, numbering, assembling, retrieval, medical recordsAbstrakDalam standar akreditasi Manajemen Informasi Rekam Medis (MIRM) 13 mengatur penyediaan rekam medis. Rerulasi tersebut bertujuan menjamin kesinambungan dokumentasi kesehatan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan penyediaan rekam medis mulai dari penomoran, urutan rekam medis, pembuatan dan retrieval rekam medis guna mendukung dokumentasi pelayanan pasien sesuai standar akreditasi rumah sakit pada bab MIRM 13. Jenis penelitian dekriptif dengan pendekatan retrospektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa RSUD Panembahan Senopati Bantul sudah memiliki regulasi berupa Pedoman Pelayanan Rekam Medis dan Standar Prosedur Operasional yang mengatur penyediaan rekam medis untuk penomoran, urutan rekam medis, pembuatan dan retrieval rekam medis guna mendukung dokumentasi pelayanan pasien. RSUD Panembahan Senopati Bantul menerapkan sistem penomoran unit yang sudah terotomatisasi dengan dukungan SIM RS. Pengaturan urutan rekam medis dilakukan setelah pasien pulang baik rawat jalan maupun rawat inap. Pembuatan dan retrieval rekam medis merupakan bagian dari implementasi sistem penomoran unit. Pasien baru dibuatkan rekam medis saat di layani di bagian pendaftaran, sedangkan untuk pasien lama diambilkan rekam medis dari bagian filing. Apabila rekam medis tidak ditemukan pada saat kunjungan ulang maka petugas menggunakan formulir rekam medis rawat jalan lanjutan dan formulir tersebut akan digabungkan setelah rekam medis ditemukan. Adanya regulasi dan sistem penyediaan rekam medis tersebut menunjukkan RSUD Panembahan Senopai Bantul telah mengimplemantasikan standar MIRM 13 ep 1-5. Namun masih terdapat kendala implementasi pada standar MIRM 13 ep 4.Kata kunci: penyediaan, penomoran, urutan, retrieval, rekam medis
The medical record folder is a cover used for medical record forms in it to not scattered. The RMIK Lab of Jenderal Achmad Yani University Yogyakarta uses a medical record folder for student lab skills. The medical record map was designed in 2013 and has never been evaluated. This study aims to see the medical record folder 's function and analyze the medical record design folder from the physical, anatomical, and content aspects. This research uses descriptive research with a case study approach. The research location
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.