Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia, walaupun upaya pengendalian strategi directly observed treatment short course (DOTS) telah diterapkan di banyak negara. Masalah yang dihadapi di negara maju maupun negara berkembang adalah keterlambatan mendiagnosis TB paru. Keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan TB paru dapat berasal dari pasien atau dari sistem pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan hasil pemeriksaan sputum basil tahan asam (BTA) menurut International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUATLD) dengan gambaran luas lesi radiologi pada pasien TB paru dewasa di Rumah Sakit Al Islam Bandung periode 2016–2017. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan crosssectional. Penelitian dilakukan pada bulan Maret–Juni tahun 2018 dan subjek penelitian ini data pasien tuberkulosis paru di RS Al Islam dengan minimal sampel sebanyak 76 orang yang dipilih secara purposive sampling dan memenuhi kriteria inklusi. Instrumen pengumpulan data berupa rekam medis. Hasil penelitian menunjukkan BTA negatif dengan lesi minimal 21 dari 34, BTA+1 dengan lesi minimal 18 dari 23, BTA +2 dengan lesi moderately advanced 14 dari 21, dan BTA +3 lesi far advanced 16 dari 23. Hasil analisis Fisher’s Exact didapatkan nilai p=0.00 dengan kekuatan korelasi (rho) 0,51. Simpulan, terdapat hubungan cukup erat antara hasil pemeriksaan sputum basil tahan asam dan gambaran luas lesi radiologi pasien tuberculosis paru di RS Al Islam Bandung periode 2016–2017.RELATIONSHIP BETWEEN SPUTUM EXAMINATION RESULTS OF ACID FAST BACILLI AND EXTENT OF RADIOLOGICAL LESIONS IN PULMONARY TUBERCULOSIS AT AL ISLAM HOSPITAL BANDUNGTuberculosis (TB) is still a public health problem in the world, although direct observed treatment short course (DOTS) strategy control has been implemented in many countries. The problem faced in both developed and developing countries is the delay in diagnosing pulmonary TB. The delay in the diagnosis and treatment of pulmonary TB can come from the patient or from the health care system. The purpose of this study was to know the relationship between sputum examination results of acid fast bacilli (AFB) according to International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUATLD) and extent of radiological lesions in patients with adult pulmonary TB at Al Islam Hospital Bandung from 2016–2017. This research was an observational analytic research with cross sectional approach. The study was conducted in March–June of 2018 and the subjects of this study were pulmonary tuberculosis patients in Al Islam Hospital with a minimum of 76 samples selected by purposive sampling and meeting inclusion criteria. Instrument data collection in the form of medical record. The results showed AFB negative with minimal lesion 21 of 24, AFB + 1 with minimal lesion 18 of 23, AFB +2 with moderately advanced lesions 14 of 21, and AFB +3 far advanced lesions 14 of 23. Fisher’s exact analysis results obtained p=0.00 with correlation power (rho) 0.51. In conclution that there is a sufficiently close relationship between the results of examination of acid fast bacilli sputum and an extend of radiological lung tuberculosis patients in RS Al Islam Bandung from 2016–2017.
Osteoartritis (OA) lutut merupakan masalah kesehatan masyarakat utama yang mengakibatkan nyeri dan disabilitas. Sampai saat ini masih belum jelas diketahui dampak penyakit OA lutut dilihat dari derajat nyeri dan klasifikasi radiologik OA dengan kualitas hidup pasien OA lutut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan derajat nyeri dan klasifikasi radiologik OA dengan kualitas hidup pasien OA lutut. Penelitian ini adalah studi analitik dengan pendekatan cross sectional. Sebanyak 85 pasien OA telah dipilih secara consecutive dan dinilai kualitas hidupnya yang terdiri atas delapan komponen menggunakan kuesioner SF-36, derajat nyerinya menggunakan numeric rating scale (NRS), serta secara radiologik berdasar atas klasifikasi Kellgren-Lawrence (KL). Penelitian ini dilakukan di RS Al-Islam Bandung selama periode April–Juli 2018. Data dianalisis dengan SPSS melalui Uji Kruskal-Wallis. Dari hasil penelitian didapatkan mayoritas pasien OA lutut mengalami derajat nyeri sedang (50%) termasuk dalam klasifikasi radiologik OA moderat (43%) dan skor kualitas hidup 548 (265,63–728,5). Penelitian ini menunjukkan hubungan bermakna antara derajat nyeri dan kualitas hidup pada aspek nyeri dan vitalitas (p=0,000 dan 0,005) serta hubungan klasifikasi radiologik OA dengan kualitas hidup aspek fungsi sosial (p=0,027). Disimpulkan bahwa terdapat hubungan derajat nyeri dengan kualitas hidup pada aspek nyeri dan vitalitas serta hubungan klasifikasi radiologik OA dengan kualitas hidup pada aspek fungsi sosial.
Askariasis di daerah endemis seperti Indonesia menyebabkan polarisasi respons Th2 yang dapat menekan respons Th1 yang penting dalam perlawanan terhadap tuberkulosis melalui penekanan ekspresi IL-12Rẞ2 oleh IL-4. Tujuan penelitian ini adalah mencari hubungan antara kejadian askariasis dan tuberkulosis aktif di daerah endemis rendah askariasis. Penelitian observasional analitik dilakukan pada 30 penderita dewasa tuberkulosis paru aktif baru dan 29 penderita tuberkulosis laten. Penelitian dilaksanakan di Kota Bandung selama periode April-Juni 2014. Pemeriksaan telur Ascaris lumbricoides dilakukan dengan teknik Kato-Katz smear dan pengukuran kadar reseptor terlarut IL-12Rẞ2 dalam plasma mengunakan metode enzyme linked immunosorbent assay (ELISA). Hasil penelitian menunjukkan proporsi askariasis pada penderita tuberkulosis aktif secara signifikan lebih rendah (5 dari 30 subjek) dari proporsi askariasis pada penderita tuberkulosis laten (13 dari 29 subjek) dengan p=0,019. Penghitungan jumlah telur menunjukkan semua subjek askariasis menderita askariasis intensitas ringan. Kadar reseptor terlarut IL-12Rẞ2 pada penderita tuberkulosis aktif dan laten dengan askariasis maupun tanpa askariasis tidak berbeda signifikan. Simpulan penelitian ini adalah askariasis intensitas ringan tidak menekan respons Th1 dan tidak meningkatkan kejadian tuberkulosis aktif di daerah endemis rendah askariasis. Kata kunci: Askariasis, penekanan respons Th1, tuberkulosis aktif dan laten
Case finding and diagnosis of extrapulmonary tuberculosis (EPTB) infection are difficult to enforce in the field because not all primary services can do it. The 2016 TB Health Guidelines, the diagnosis of EPTB, is made by clinical, bacteriological, and or histopathological examination from the biopsy. This study analyzed tissue biopsy histopathologically and bacterial of acid-fast bacilli (AFB) slide stained (by Ziehl Neelsen method) associated with histopathological features in patients diagnosed with EPTB. The study conducted in the laboratory of Al Islam Hospital Bandung from November to December 2017. Histopathological diagnosis collected from 1,304 patients, with 760 noninfectious disease patients (58%), 461 infectious disease patients (35%), and 83 (7%) infectious and non-infectious patients. EPTB found in 10% of infectious disease patients. EPTB was mostly originating in neck lymph nodes (18 of 37 patients). The histopathological diagnosis of EPTB infection found that 36 of 37 patients showed granulomas (+), but AFB stained (+) found only in 6 of 37 slides. It is possible because of granulomas is a collection of several inflammatory cells. The lesions develop granulomatous defined by necrosis. There are fewer organisms that usually exist on the periphery both inside and outside the site of infection. This important immune reaction provides the body with protection from antigen recognition, very important in the case of mycobacterial infections. In conclusion, there is no relation between AFB and histopathological examination in patients with EPTB.
AbstrakThe hijau (Camellia sinensis) memiliki beragam efek farmakologik, di antaranya sebagai antibakteri. Salmonella typhi penyebab demam tifoid, masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara tropis terdapat 20 juta kasus dan 600.000 kematian per tahun di seluruh dunia. Penelitian ini ingin mengetahui daya antibakteri dan lamanya waktu kontak infusa teh hijau dari berbagai merek kemasan terhadap Salmonella typhi secara in vitro dengan menggunakan teknik difusi sumur, selanjutnya data dianalisis dengan ANAVA dan uji t-independen. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung pada bulan Maret-April 2009. Hasil menunjukkan infusa dengan konsentrasi 40% (b/v) kemasan komersial Indonesia memberikan rata-rata diameter daerah hambat 3,376±0,334 mm dan 3,571± 0,217 mm pada kemasan Jepang (p<0,05); 0,707±0,000 mm pada konsentrasi di bawah 40% rata-rata daerah hambat. Tidak terdapat perbedaan antara kemasan Indonesia dan Jepang (p>0,551). Terdapat kekeruhan pada media cair Muller-Hinton dibandingkan dengan media kontrol pada konsentrasi di bawah 40% Teramatinya pertumbuhan koloni S. typhi pada agar MullerHinton konsentrasi 5% dan 10%. Tidak teramati penurunan jumlah koloni S. typhi konsentrasi kurang atau sama dengan 40% pada pengamatan waktu kontak 0 sampai 60 menit (p>0,05; á=0,05). Kesimpulan menunjukkan teramatinya daya antibakteri infusa teh hijau pada kemasan dengan konsentrasi 40%. Belum teramatinya daya antibakteri infusa dan pengaruh waktu kontak positif pada reduksi pertumbuhan koloni S. typhi pada kemasan dengan konsentrasi di bawah 40%. [MKB. 2010;42(2):51-5].Kata kunci: Teh hijau, infusa, daya antibakteri, waktu kontak, Salmonella typhi Antibacterial Activities and Time Contact Green Tea Infussion (Camellia Sinensis) Againsts Salmonella Typhi by In Vitro AbstractGreen tea (Camellia sinensis) contains cathecin which has been reported to have various pharmacologic properties, such as an antibacterial agent. Salmonella typhi, as agent of typhoid fever, remains a public health problem in tropical countries; about 20 million cases and 600.000 deaths annually all over the world. Objectives of this research were to observe the antibacterial activities and contact time of green tea infusion againsts Salmonella typhi by in vitro experiment. The experiment took place in Microbiology Laboratory, School of Medicine, Padjadjaran University, Bandung, March-April 2009. Methods: In vitro laboratory analytic study has been conducted on green tea infusion of Indonesian and Japanese commercial package againsts Salmonella typhi. The study used agar well diffusion method and analyzed by ANAVA and t-independent test. Results: Only at concentration of 40% (w/v), Indonesian green tea infusion gave an average inhibition area of 3.376±0.334 mm diameter, and 3.571±0.217 mm on Japanese package, while below 40% were 0.707±0.000 mm with no differences between both packages (p>0.551). There has been observed any turbidity in all Muller Hinton liquid media on both packages c...
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.