Generasi milenial dalam bekerja tidak hanya berfokus pada tingkat penghasilan tinggi, akan tetapi mepertimbangkan kondisi keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dimensi-dimensi work-life balance pada karyawan generasi milenial di sektor perbankan. Variabel work-life balance diukur dengan work-life balance scale yang terdiri dari empat dimensi yaitu work intereference with personal life (WIPL), personal life interference with work (PLIW), personal life enhancement of work (PLEW) dan work enhancement of personal life (WEPL). Data diperoleh melalui kuesioner online dengan metode accidental sampling. Penelitian ini melibatkan 172 karyawan generasi milenial (20-40 tahun) yang bekerja di sektor perbankan Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi WIPL (57,6% ) dan PLIW (54,1%)generasi milenial berada dalam kategori rendah. Sedangkan dimensi WEPL (63,4%) dan PLEW (54,7%) berada dalam kategori tinggi. Secara khusus work-life balance dapat menjadi preferensi bagi perusahaan dan generasi milenial untuk meningkatkan kualitas pekerjaan dan kesejahteraan individu.
Proporsi generasi milenial yang terus meningkat dari tahun ke tahun memungkinkan pada tahun 2020 mencapai 46% generasi milenial yang mendominasi dunia kerja. Bagaimana generasi milenial memiliki semangat dan etos kerja yang tinggi untuk dapat memberikan pengaruh positif pada lingkungannya. Karyawan yang memiliki pemikiran yang luhur mengenai pekerjaannya dapat bekerja dengan tulus. Suatu pandangan dan sikap terhadap kerja dikenal dengan istilah etos kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui etos kerjakaryawan generasi milenial. Alat ukur yang digunakan yaitu MWEP (the multidimensional work ethic profile) yang terdiri dari 65 item, terdapat 7 item yang tidak valid. Sampel penelitian sebanyak 201 orang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa etos kerja karyawan generasi milenial masih tergolong rendah. Dapat dilihat dari tiap diimensi etos kerja yang masih tergolong rendah. Pada dimensi self-reliance (50,1%), morality (54,2%), leisure (50,7%), hard work (61,7%), centrality of work (54,2%), wasted time (59,2%), delay of gratification (57,2%). Dengan hasil etos kerja yang rendah di generasi milenial perlu dilakukan studi lanjutan kaitannya dengan penyebabnya apakah karena ketidaksesuaian kepribadian dengan lingkungan kerjanya, kurangnya dukungan organisasi terhadap para pekerjanya yang milenial, atau budaya organisasi yang tidak mendukung dalam membangun iklim kerja yang produktif dan juga dampak terhadap etos kerja yang rendah terhadap kinerja yang cenderung rendah.Kata Kunci: etos kerja, generasi milenial
This study aims to find effect from organizational climate to burnout in hospital nurses in Lebak during the COVID-19. Nurses who worked during the COVID-19 were at the forefront of cutting infected tissues and this resulted in quite high suffering. The main fatigue is emotional or better known as burnout. One of the causes of burnout is organizational climate. A high organizational climate can produce a positive work environment so that nurses don’t feel a threat at work. Respondents in this study were nurses who worked at the hospital in Lebak as many as 177 respondents who were selected through purposive sampling technique. The measuring instruments used in this research were CLIOR Scale Short Version and Maslach Burnout Inventory. The results of the calculation of the regression analysis technique show that the significance value is 0.283 (p> 0.05). This means that there is no effect from organizational climate to burnout in hospital nurses in Lebak during the COVID-19.Keywords : Organizational Climate, Burnout, Nurse, COVID-19 ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh iklim organisasi terhadap burnout pada perawat rumah sakit di Lebak dalam masa COVID-19. Perawat yang bekerja dalam masa COVID-19 ini menjadi salah satu garda terdepan bagi pemutusan jaringan tertular dan hal tersebut mengakibatkan kelelahan yang cukup tinggi. Kelelahan yang paling utama adalah secara emosional atau lebih dikenal dengan istilah burnout. Salah satu penyebab terjadinya burnout adalah iklim organisasi. Iklim organisasi yang tinggi dapat menghasilkan lingkungan kerja yang positif sehingga perawat tidak merasa adanya ancaman dalam bekerja. Responden dalam penelitian ini merupakan perawat yang bekerja di rumah sakit di Lebak sebanyak 177 responden yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah CLIOR Scale Short Version dan Maslach Burnout Inventory. Hasil perhitungan teknik analisis regresi menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0.283 (p > 0.05). Hal tersebut berarti tidak terdapat pengaruh iklim organisasi terhadap burnout pada perawat rumah sakit di Lebak dalam masa COVID-19.Kata kunci : Iklim Organisasi, Burnout, Perawat, COVID-19
This research aims to investigate the influence of social skills and life satisfaction towards organizational commitment on generation Y nurse. Organizational commitment was measured using Organizational Commitment Questionnaire by Richard T. Mowday, Richard M. Steers, and Lyman W. Porter (1979). The measurement that was used for social skills is Social Skills Inventory (SSI) by Ronald E. Riggio (1989). While, the mesurement of life satisfaction Satisfaction With Life Scale (SWLS) by Ed Diener, Robert A. Emmons, Randy J. Larsen and Sharon Griffin (1985). The respondents of research are 109 nurses that has been working in some hospitals in Jakarta for minimum of one year. The method used were non-probability sampling with purposive sampling technique. Data was processed using multiple linear regression. The results showed that social skills significantly influence organizational commitment, life satisfaction significantly influences organizational commitment, social skills and life satisfaction significantly influence organizational commitment. This regression model produced R squared amounted to 0,295. 29,5% of the organizational commitment was influenced by social skills and life satisfaction. That means the higher social skills, the higher organizational commitment. Moreover, the higher life satisfaction, the higher oganizational commitment.
The objective of the study is to identify the significant impact of Leadership, people’s engagement, and empowerment on affective commitment to change. The research conducted at a Public/State-Owned Organization with 539 respondents. Data was collected using employee engagement inventory, psychological empowerment, and commitment to change inventory, and was analysed using descriptive analysis and SEM. Results showed that change leadership has a significant and positive impact on affective commitment to change through employee engagement, but not through psychological empowerment. The implications of this result are beneficial for management, especially change agents. In this regard, they should create a conducive climate to develop engagement and providing many programs to increase people’s competence to establish employee commitment to change, which will be resulted in a stronger affective commitment to change.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.